Lidah merupakan salah satu dari kenikmatan dunia yang Allah anugerahkan kepada hamba-hambaNya. (lihat QS. Al-Balad : 8-9). Namun di sisi lain terkadang lidah bisa menjadi petaka bagi seorang hamba.
Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al-Qohtoni menuturkan: lisan merupakan senjata bermata dua:
Beliau juga menjelaskan bahwa pada lisan itu ada dua kebinasaan, berupa:
(Afaatu al-lisan fii dhoui al-Kitab wa al-Sunnah 1-2)
Berkata Abu ‘Ali Al-Daqoq: orang yang diam dari kebenaran maka dia seperti setan yang bisu. Sedangkan orang yang senantiasa bicara kebathilan maka dia bagaikan setan yang suka ngomong.
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang faktor dominan yang menyebabkan seorang masuk surga, beliau menjawab:”Ketaqwaan dan akhlak yang terpuji.” Kemudian beliau ditanya tentang faktor dominan yang menyebabkan banyak manusia masuk neraka. Beliau menjawab:”Dua rongga, yaitu mulut dan kemaluannya.” (Mustadrok Al-Hakim 4/360/7.919. Beliau menshahihkannya oleh al-Imam Adz-Dzahabi).
Di antara kebinasaan lidah yang berakibat buruk di dunia dan akhirat adalah ghibah.
– DEFINISI GHIBAH
Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bertanya:”Tahukah kamu apakah ghibah itu? Sahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda:”Kamu menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Beliau ditanya:”Bagaimana kalau memang saudaraku melakukan apa yang kukatakan? Beliau menjawab: “Kalau dia memang melakukan seperti apa yang kamu katakan, berarti kamu telah mengghibahnya, sebaliknya kalau dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah memfitnahnya.” (HR.Muslim 2589)
Imam An-Nawawi menjelaskan:”Ghibah adalah engkau menyebutkan orang lain dengan sesuatu yang ia benci, baik dalam hal badan, agama, dunia, rupa, akhlak, harta, anak-anak, orang tua, istri/suami, pembantu, budak, pakaian, tutup kepala (imamah), keceriaan,perangai buruk, sikap diamnya, bergeraknya, muka masamnya serta senyumnya, dan lain-lain yang berhubungan dengan dirinya. Sama saja engkau menyebutkannya dengan ucapan, tulisan, isyarat mata, kepala dan sebagainya.” (Al-Adzkar 288).
– HARAMNYA GHIBAH
Imam Al-Qurthubi berkata:”Tidak ada perselisihan bahwa ghibah termasuk dosa besar. Barangsiapa mengghibah orang lain wajib baginya bertaubat kepada Allah. (Al-Jami’ liahkamil Qur’an 16/220)
Diantara dalil keharamannya adalah firman Allah (yang artinya):”Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan mayat saudaranya? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat:12).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali menjelaskan:”Pada ayat di Atas Allah melarang ghibah.Larangan Al-Qur’an dalam masalah ini sangat keras dan tegas, yaitu dengan mempergunakan ungkapan yang sangat dibenci orang dan menjijikan sekali. Bukankah memakan daging sesama manusia merupakan hal yang sangat menjijikan sekali? Sekalipun itu adalah daging orang kafir? Apalagi saudara seagama anda, yang seharusnya semakin tidak disukai dan semakin jijik memakan dagingnya! Lebih-lebih daging itu daging mayat. Daging binatang yang halal dimakan saja akan berubah menjijikan setelah menjadi daging bangkai. Hal ini tidak diinginkan oleh fitrah dan tidak dapat diterima akal sehat. (Bahjatun Naazhiriin, Syarah Riyadush sholihin 3/6)
Dari ‘Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu, suatu hari ia pernah melewati bangkai bighol (keledai), kemudian berkata kepada sebagian sahabatnya:”Sungguh apabila seseorang memakan bangkai ini sampai kenyang, hal itu lebih baik baginya daripada memakan daging seorang muslim (ghibah). (Shahih, Mauquf HR. Abu Syaikh dan Ibnu Hayyan, lihat Shahih Targhib 3/79)
– ANCAMAN BAGI YANG BERGHIBAH
Seorang yang menggunjing saudaranya berarti telah membicarakan dan mengganggu kehormatan seorang muslim. Sebagaimana peringatan Nabi di saat beliau berkhutbah di saat haji Wada’ di Mina pada hari Kurban:”Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatanmu haram terhadap kamu seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan di negerimu ini.” (HR. Bukhari 67, Muslim 1679 dari Sahabat Abu Bakrah Radhiyallahu anhu).
Syaikh Salim Al-Hilali: di antara faedah dari hadits ini adalah jiwa, harta dan kehormatan seorang muslim di sisi Allah lebih mulia dibandingkan dengan kehormatan Negeri termulia (mekah), bulan termulia (Dzulhijjah), dan hari termulia (yaum Nahr/Kurban).
Bahkan hal itu, lebih besar dari berbuat riba yang paling besar. Sebagaimana penjelasan Nabi:” Sesungguhnya riba yang paling besar adalah membicarakan kehormatan seorang muslim tanpa hak.” (HR. Abu Dawud 4876, Ahmad 1/190, Thabrani 357. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib 3/77).
Hampir semua yang melakukan ghibah. Menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah masalah yang ringan, padahal terkadang yang kita anggap ringan bisa mendatangkan dosa yang sangat besar. Perhatikan hadits ini wahai para pembaca!
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhaa dia berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam:”Cukuplah engkau menyebutkan Shofiyah, dia ini begini dan begitu (berkata sebagian rowi: Maksudnya Shofiyyah adalah wanita yang pendek). Rasulullah akhirnya menegur Aisyah dengan mengatakan:”Sungguh engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang apabila dicampur dengan air laut itu akan tercemar.” (HR. Abu Dawud 4875, Tirmidzi 2502, Ahmad 6/128, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Misykat 4853)
Imam An-Nawawi berkata:”Hadits ini termasuk hadits yang paling keras dalam menerangkan bahaya ghibah, aku tidak tahu ada hadits-hadits yang lebih pedas dalam mencela ghibah dibandingkan hadits ini.” (Al-Adzkar 290).
Syaikh Salim Al-Hilali menuturkan:”Dalam hadits ini, terdapat penjelasan akan haramnya ghibah, serta besarnya dosa dan keburukannya. Jika kalimat seperti yang diucapkan Aisyah tentang Shofiyyah dalam hadits ini dapat larut dan mencemari air laut (merubah rasa, bau, dan warnanya). Padahal lautan merupakan salah satu makhluk Allah yang terbesar, maka bagaimana kiranya dengan ghibah yang diungkapkan melalui kalimat-kalimat yang lebih buruk dan lebih keji dari itu? (Bahjatun Naazhiriin 3/27)
Hal ini tergambar dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:”Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:”Tatkala dinaikkan saat Isro Mi’raj, aku melewati sekelompok orang berkuku tembaga. Mereka mencakar wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Akupun bertanya kepada malaikat Jibril tentang mereka. Jibril menjawab:”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan orang lain.” (HR. Abu Dawud 4878, Ahmad 3/224, Dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah 533)
Ghibah adalah syiar dan kebiasaan orang munafik bukan kaum muslimin, disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Barzah al-Aslami Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:”Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengghibah kaum muslimin dan janganlah kalian mencari-cari aib mereka. Barangsiapa mencari-cari aib kaum muslimin, Allah akan memperlihatkan aibnya sekalipun dia berada dalam rumahnya.” (HR. Abu Dawud 4880, Ahmad 4/421 dihasankan Al-Albani dalam Shahih Jami’ 3549, lihat al-Misykat 5044)
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu dia berkata:”Ketika kami sedang bersama dengan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak enak, kemudian Nabi bersabda:”Tahukan kalian bau busuk apakah ini? Ini adalah bau busuk orang-orang yang mengghibah kaum Mukminin. (HR. Ahmad 3/351, menurut al-Albani hasan lighorihi dalam shahih Targhib 3/79)
Mereka yang Ghibah kelak akan dicampakkan ke dalam Neraka selama dia tidak mencabut perkataannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:”Barangsiapa membicarakan sesuatu yang tidak ada pada diri seorang muslim, Allah akan menempatkannya di Neraka sampai dia mencabut ucapannya.” (HR. Abu Dawud 3597, Ahmad 2/70, Hakim 2/27, dishahihkan al-Albani dalam Ash-Shahihah 438).
Itulah di antara balasan bagi sang pengghibah. Sebagai akhir dari tulisan ini, ada sebuah hadits yang hendaknya selalu kita camkan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudzri Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda:” Apabila anak adam memasuki waktu pagi, maka setiap anggota tubuhnya menunduk (merendah) dihadapan lidah, lalu berkata:”Bertakwalah kepada Allah tentang kami. Sesungguhnya kami bergantung kepadamu, jika kamu lurus, maka kamipun istiqomah, dan jika kamu bengkok maka kamipun bengkok.”(Hasan, HR. At-Tirmidzi 2407, Ahmad III/95-96 dll).
Wallahu a’lam bi Shawab
Ust.Abu Ukasyah Miftah Abdus Salam
Link : http://buletinaswaja.blogspot.com